Dilaksanakan bila ada bencana yang menerpa
Pasaman sebagai salah satunya kabupaten di Sumatra Barat yang dikenali adatnya yang masih kuat. Di kabupaten ini bisa ditemui keyakinan dan rutinitas yang digenggam tegar oleh warga di tempat.
sebelum lanjut ke artikel kami ingin merekomendasikan situs judi bola online yang aman dan terpercaya yaitu Aladdin138, situs ini adalah situs betting online yang memberikan banyak keuntungan untuk para pemainnya, antara lain adalah bonus, contoh bonusnya adalah bonus rebate, bonus referal, dan lain sebagainya, jadi kenapa kalian tidak mencobanya sekarang dan ikut serta dalam keseruannya.
Salah satunya adat dari Pasaman yang cukup jarang-jarang diulas ialah tulak bola atau tolak bala. Adat ini umumnya dilaksanakan untuk menampik bala yang tiba di suatu daerah. Berikut beberapa faktanya yang memikat buat dibaca!
1. Dilakukan ketika berada bencana yang serang daerah
Adat tulak bola dilaksanakan ketika berada bala atau bencana yang menerpa sesuatu daerah. Bencana itu bisa berbentuk pandemi penyakit yang menulari warga, berlangsungnya tidak berhasil panen, atau timbulnya beragam hama pada tanaman yang ditanamkan.
Tulak bola dilaksanakan jika seorang atau beberapa warga menyaksikan bentuk balanya (api yang seperti beberapa bentuk tertentu) . Maka, bila dirasakan telah ada yang menyaksikan bentuk bala, warga daerah umumnya mulai akan pikirkan bagaimanakah cara supaya bala itu bisa ditendang
2. Harus dilaksanakan oleh dua daerah secara bersama
Adat tulak bola harus dilaksanakan oleh dua daerah secara bersama. Hal tersebut karena bila cuman satu daerah yang melakukan, dicemaskan bala yang ditampik malah berkunjung ke daerah lainnya.
Tulak bola dilaksanakan sesudah beberapa sesepuh di ke-2 daerah berdialog. Misalkan, daerah A ada di samping daerah B. Jika daerah A ini jadi daerah yang dikunjungi bala, karena itu sesepuh dari daerah A akan ajak sesepuh dari daerah B berdialog berkenaan penerapan tulak bola.
Sesudah beberapa sesepuh dari ke-2 daerah setuju, penerapan tulak bola selanjutnya akan dipublikasikan di surau-surau atau mushola . Maka, warga dari ke-2 daerah akan bergabung di satu titik, umumnya di rimba yang batasi kedu
3. Wanita dan beberapa anak disarankan untuk selalu ada di rumah
Tulak bola tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan. Adat ini umumnya cuma dilaksanakan oleh lelaki, dan beberapa anak dan beberapa wanita lebih disarankan untuk selalu ada di rumah.
Sesudah tulak bola dipublikasikan, warga di daerah akan bergabung di atas lapangan dan melingkari daerah dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Kemudian baru mereka bergabung dengan warga di daerah sampingnya di tepian ke-2 daerah untuk menampik bala.
4. Sepanjang tulak bola dilaksanakan, tiap rumah harus mematikan lampu dan tutup pintu
Warga yang melakukan tulak bola harus bawa obor saat bergabung. Warga di tempat yakin jika bala yang ditampik itu menyenangi sinar dan bawa obor ialah langkah yang pas untuk memancing bala itu.
Ketetapan yang kebalikannya berlaku buat mereka yang tidak turut melakukan adat ini. Warga yang ada di rumah harus mematikan tiap lampu dan tutup pintu rumah. Bila ada satu saja lampu yang dihidupkan, kabarnya rumah itu akan dikunjungi oleh bala yang ditendang.
Kehadiran bala diikuti ada suara orang yang panggil dan mengetok pintu si empunya rumah saat telah larut malam. Bila hal itu terjadi, si empunya rumah tidak dibetulkan untuk menjawab atau membuka pintu karena bila dilaksanakan dia akan sakit dan wafat.
5. Ada bermacam-macam bala yang mewajibkan penerapan tulak bola
Bentuk atau wujud dari bala yang mewajibkan warga Pasaman melakukan adat tulak bola ada bermacam. Bala bisa berbentuk api yang seperti bola, pedati, dan obor.
Sebagai contoh, ada seorang masyarakat yang dari terlalu jauh menyaksikan seorang bawa obor pada malam hari. Tetapi, saat dipepet rupanya tidak ada orang, tetapi cuma obor tersebut yang jalan. Karena itu bisa ditegaskan itu adalah wujud bala dan harus selekasnya ditampik dari daerah itu.
Bila kamu bertandang ke Pasaman, kamu kemungkinan memperoleh peluang untuk melihat adat tulak bola di situ. Apa di wilayahmu sampai saat ini masih tetap ada adat semacam ini?