Tumbuhan telah lama diketahui memperlihatkan berbagai bentuk tanggapan terhadap rangsangan eksternal, seperti cahaya dan suhu. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa tumbuhan juga dapat menunjukkan respons perilaku terhadap ancaman di lingkungannya.
sebelum lanjut ke artikel kami mau kasih tau kalo ada situs betting online tergacor dan terpercaya no 1 di indoensia okeplay777, hanya dengan modal sedikit cuan berbukit. yuk tunggu apalagi buruan join sekarang juga!

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada Mei 2023, yang dilakukan oleh para peneliti dari University of California, Berkeley, menemukan bahwa tumbuhan dapat melepaskan bahan kimia sebagai respons terhadap keberadaan serangga herbivora, yang menarik pemangsa serangga tersebut. Ini dikenal sebagai “pertahanan tidak langsung” dan merupakan strategi terkenal di dunia tumbuhan.
Namun, studi tersebut juga menemukan bahwa tumbuhan dapat menunjukkan perilaku “pertahanan langsung”, di mana mereka secara fisik menanggapi ancaman dengan mengubah struktur fisiknya. Para peneliti menemukan bahwa beberapa tanaman dapat melepaskan bahan kimia yang menyebabkan daunnya menjadi lebih keras dan kurang enak bagi serangga herbivora. Ini adalah contoh tanaman yang menunjukkan perilaku pertahanan langsung.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan tanaman sejenis sawi Arabidopsis thaliana dan serangga herbivora kupu-kupu kubis putih. Para peneliti memaparkan tanaman ke kupu-kupu dan mengamati respons mereka. Mereka menemukan bahwa tanaman melepaskan zat kimia yang disebut asam jasmonat sebagai respons terhadap kehadiran kupu-kupu, yang menyebabkan daun menjadi lebih keras dan kurang enak.
Penelitian ini menambah semakin banyak bukti bahwa tumbuhan adalah organisme yang lebih kompleks dan canggih daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ini juga memiliki implikasi untuk pertanian dan pengendalian hama. Jika tanaman dapat menunjukkan perilaku pertahanan langsung, dimungkinkan untuk mengembangkan tanaman yang lebih tahan terhadap hama herbivora.
Studi lain yang diterbitkan dalam jurnal Science pada Maret 2023, yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Wisconsin-Madison, menemukan bahwa tanaman dapat menunjukkan respons perilaku terhadap kekeringan. Para peneliti mempelajari sejenis tanaman jagung dan menemukan bahwa tanaman itu dapat menyesuaikan sudut daunnya untuk menghemat air selama kondisi kekeringan.
Para peneliti menemukan bahwa tanaman jagung dapat menyesuaikan sudut daunnya hingga 82 derajat sebagai respons terhadap kondisi kekeringan. Hal ini memungkinkan tanaman untuk menghemat air dengan mengurangi jumlah air yang hilang melalui transpirasi. Para peneliti juga menemukan bahwa tanaman dapat mempertahankan hasil panennya di bawah kondisi kekeringan dengan menyesuaikan sudut daunnya.
Penelitian ini berimplikasi pada pertanian, karena perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan kekeringan yang lebih sering dan parah di banyak bagian dunia. Jika tanaman dapat dikembangkan yang dapat menyesuaikan sudut daunnya sebagai respons terhadap kondisi kekeringan, dimungkinkan untuk mempertahankan hasil dalam menghadapi tantangan ini.
Gagasan bahwa tanaman dapat menunjukkan respons perilaku terhadap ancaman bukanlah hal baru. Pada awal abad ke-20, ahli botani dan fisiologi tumbuhan Amerika, JC Bose, melakukan eksperimen yang menunjukkan bahwa tumbuhan dapat merespons berbagai bentuk rangsangan eksternal, seperti cahaya dan suhu. Namun, karyanya sebagian besar diabaikan pada saat itu dan tidak sampai akhir abad ke-20 mulai mendapat perhatian lebih.
Baru-baru ini, kemajuan teknologi memungkinkan para peneliti untuk mempelajari perilaku tanaman secara lebih rinci. Misalnya, penggunaan kamera beresolusi tinggi dan sensor lain telah memungkinkan peneliti untuk mempelajari respons tanaman secara real-time, dan menghitung jumlah bahan kimia yang dikeluarkan tanaman sebagai respons terhadap rangsangan yang berbeda.
Gagasan bahwa tanaman dapat menunjukkan respons perilaku terhadap ancaman memiliki implikasi di luar pengelolaan pertanian dan hama. Ini mungkin juga berimplikasi pada pemahaman kita tentang hubungan antara tumbuhan dan hewan, dan untuk pemahaman kita tentang alam secara lebih umum.
Tumbuhan adalah bagian penting dari ekosistem, dan kemampuan mereka untuk menunjukkan respons perilaku terhadap ancaman dapat membantu menjaga keseimbangan dunia alami. Misalnya, kemampuan tanaman untuk menarik pemangsa serangga herbivora dapat membantu mengendalikan serangga tersebut, yang pada gilirannya dapat membantu menjaga kesehatan ekosistem.